Minggu, 12 Agustus 2012

Pengalaman Membangun Smelter Galena

Pendahuluan
Galena (PbS) merupakan komoditi mineral yang lumayan langka. Sifatnya yang anti korosi dan mampu menahan radiasi itu menjadikan Galena banyak dipakai pada industri battery accu dan pelapis pada ruangan rontgen serta reaktor nuklir.


Karakteristik
Galena memiliki warna abu-abu dengan kilap logam berwarna putih. Sistem kristal-nya adalah cubic atau kubus; untuk itu galena dijumpai dengan bentuk fisik hampir menyudut/angled. Jika digores pada batu asahan terlihat cerat berwarna abu-abu, brittle serta memiliki titik leleh yang rendah jika dibandingkan dengan mineral lainnya.


Pengolahan
Pengolahan galena secara ideal melalui beberapa proses antara lain:

  1. Penghancuran menggunakan crusher (0,5 cm s/d 1 cm).
  2. Penghalusan menggunakan ballmill (< 0,5 cm).
  3. Pemisahan pengotor (terutama silika) menggunakan mixer.
  4. Pemurnian hidrometalurgi menggunakan floatasi.
  5. Sintering bertujuan menghilangkan belerang menggunakan roaster.
  6. Pembakaran menggunakan smelter.
  7. Pencetakan
Konsep Bisnis
Konsep bisnis sewaktu kami memulai usaha ini adalah sebagai berikut:
  1. Pembelian bahanbaku dari petani galena (tidak memiliki ijin) seharga Rp90 dikalikan kadar. Artinya untuk kadar 60% (asumsi dengan menggunakan mata telanjang) adalah 60 x 90 = Rp5.400/kg.
  2. Pengolahan dengan menggunakan crusher dan smelter ditambah biaya operasional adalah Rp4.500 /kg. Proses di bypass karena menurut produsen alat/mesin dengan hanya menggunakan crusher dan smelter proses pengolahan ingot galena tetap bisa dilakukan.
  3. Ongkos penjualan dari pabrik menuju jakarta adalah Rp500 /kg. Pabrik berlokasi di Kota Padang, mengingat bahanbaku banyak dijumpai di Sumatera Barat.
Secara konsep total biaya pengolahan batuan galena menjadi ingot adalah Rp10.400/kg (Rp5.400 + Rp4.500 + Rp500). Harga beli ingot dari 3 buyer di Jakarta per Juli 2012, rata-rata adalah Rp19.000/kg. Jadi didapat margin sebesar Rp19.000 - Rp10.400 = Rp8.600/kg. Dari konsep ini dapat dihitung berdasarkan kapasitas produksi crusher dan smelter yang mencapai 24 ton bahanbaku per bulan (menurut produsen alat). Refraksi yang ditetapkan adalah sebesar 5% dari total bahanbaku.

Hasil berupa ingot berdasarkan refraksi adalah sebesar 24.000 kg - 5% = 23.999,95 kg atau sekitar 23 ton. dari perhitungan hasil 23 ton ini keuntungan yang dicapai adalah sbb:
23.000 kg x Rp8.600 = Rp197.800.000

Sebuah nilai yang fantastis.

Realita Bisnis
Sewaktu memulai usaha ini kendala yang ditemui antara lain:

  1. Bahanbaku dari para "petani galena" sangat sulit diperoleh. Untuk itu diciptakan dahulu trend kepada petani galena agar mereka terbiasa dengan hasil yang didapat. Akan tetapi setiap lubang galian galena ternyata memiliki kadar dan variasi Pb yang beragam. Hal ini sangat menyulitkan jika tercampur karena akan terjadi proses blending yang dapat menurunkan kadar galena.
  2. Pengotor (impurities) pada bahanbaku sangat menentukan keberhasilan usaha ini jika differensiasi antar mineral yang terkandung dalam bahanbaku terlampau jauh dapat dipastikan proses peleburan galena akan menemui kegagalan dengan turunnya recovery (tingkat keterambilan) pada lelehan.
  3. Produsen alat (CV. Hade Mineral) setelah sebelumnya menjamin bahwa alat akan bekerja dengan baik sesuai Surat Penawaran Penjualan ternyata melarikan diri setelah mesin yang mereka tawarkan selalu mengalami kegagalan pada proses peleburan.
  4. Produsen alat lebur yang qualified dan memiliki performa sebelumnya harus benar-benar dipertimbangkan secara matang, terutama dipelajari kembali apakah sebelumnya mereka sudah pernah membuat smelter plan untuk galena.
  5. Crucible yang selalu pecah karena suhu dan tekanan dalam smelter sangat tinggi.
  6. Pb menguap karena suhu berlebih.
Kesimpulan
Walau secara teori bisnis galena tampak menguntungkan namun pada prakteknya hal tersebut sangat sulit untuk dicapai terutama jika pekerja sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang metalurgi.